Minggu, 13 Juni 2010

Bumi dan Iklim

Berdasar analisis 1,2 juta tahun terakhir, geolog University of California Santa Barbara, Lorraine Lisiecki, mendaku telah menemukan pola hubungan perubahan teratur siklus orbit bumi terhadap iklim.
Temuan itu dilaporkan dalam jurnal ilmiah Nature Geoscience. Lisiecki menganalisis suhu inti sedimen laut dari 57 lokasi di seluruh dunia. Dengan menganalisis sedimen, para ilmuwan dapat membuat bagan iklim bumi selama jutaan tahun pada masa lalu. Lisecki menghubungkan iklim dan catatan sejarah orbit bumi. Dia memperoleh data orbit bumi terhadap matahari berubah bentuk setiap 100.000 tahun. Orbit tersebut menjadi lebih baik atau lebih lonjong pada interval waktu itu.




Bentuk orbit dikenal sebagai eksentritas. Satu aspek yang berkait adalah siklus 41.000 tahun pada kemiringan sumbu bumi. Glasiasi bumi juga terjadi setiap 100.000 tahun. Lesiecki menemukan waktu perubahan iklim dan eksentrisitas terjadi bersama-sama. “Hubungan jelas antara waktu perubahan di orbit dan mengubah iklim bumi merupakan bukti kuat hubungan keduanya,” kata dia. Dia menyatakan hal itu memperlihatkan betapa tak mungkin peristiwa-peristiwa tersebut tak saling terkait. Selain menemukan hubungan antara perubahan dalam bentuk orbit dan awal glasiasi, dia juga menemukan korelasi mengejutkan. Dia menemukan siklus glasial terbesar terjadi selama perubahan terlemah di eksentrisitas orbit bumi dan sebaliknya.




Terjadi perubahan kuat orbit bumi berhubungan dengan perubahan iklim lemah. “Itu mungkin berarti iklim bumi memiliki ketidakstabilan internal, selain sensitivitas terhadap perubahan dalam lintasan,” ujar Lisiecki. Dia menyimpulkan, pola perubahan iklim selama satu juta tahun terakhir mungkin melibatkan interaksi rumit antara bagian-bagian berbeda dari sistem iklim serta tiga sistem orbital berbeda. Tiga sistem orbital itu meliputi eksentrisitas obrit, kemiringan, dan presesi atau perubahan orientasi sumbu. (Muhammad Tafta Zaini Ardiyanto-modf.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar