Jumat, 19 Februari 2010

Zaman Es Mini Bukan Karena Krakatau

Meteorit raksasa yang terbelah jadi dua di Australia disinyalir bertanggungjawab pada periode es singkat tahun 535 masehi. Hasil itu menyangkal Krakatau sebagai pemicu. Klaim tersebut dibuat oleh ahli geofisika kelautan Dallas Abbott pada pertemuan di Persatuan Geofisika Amerika.
 Dia menemukan bahwa bukti menunjukkan dua benda substansial memiliki dampak terhadap gunung berapi yang berada di Teluk Carpentaria di lepas pantai utara Australia. Pada pertengahan abad ke 6, Eropa dan Asia mengalami musim es yang paling panjang dan kejam selama 2.000 tahun terakhir. Sumber dari zaman itu menyebutkan, musim yang keras itu menyebar luas dan terjadi bencana kelaparan akibat cuaca tidak menentu. Gaelic Annals Irlandia merekam peristiwa tersebut sebagai kegagalan penyediaan bahan makanan dari masa 536 hingga 539 masehi. Analisis oleh Mike Baillie dari Universitas Queen di Belfast juga mengatakan hal yang serupa tentang periode es tersebut. Dia menemukan bahwa pohon ek Irlandia memperlihatkan pertumbuhan kecil abnormal pada tahun 536 dan 542 masehi. Fenomena tersebut tercatat di pohon-pohon di Swedia dan Finlandia. Penyebabnya menurut sumber sejarah adalah debu besar yang muntah dan turun ke bumi. Sejarawan Byzantoum Procopius menyatakan pada tahun 536 masehi selama tahun itu adalah ketakutan yang melanda. Matahari bersinar dengan redup.“Tampaknya sedang terjadi gerhana matahari dan kumpulan sinarnya tidak jelas,” ujar Procopius. Sampai saat ini ilmuwan terbagi menjadi dua bagian apakah awan debu disebabkan oleh letusan gunung berapi besar seperti Krakatau atau hantaman meteorit ke bumi. Teori letusan memiliki banyak dukungan akibat simpanan sulfat yang ditemukan di periode tersebut. Meskipun demikian penelitian Dr. Abbot memberikan teori alternatif. Dia menemukan pengukuran satelit pada level air laut yang tertuju ke teluk di Australia adalah 11 mil dan 7,4 mil. Menurut National Geographic dia menemukan situs lokasi gundukan gunung pasir berbentuk huruf V di sepanjang pantai yang dia percaya sebagai bukti tsunami hebat dipicu oleh peristiwa besar. Dr. Abbot menghitung bahwa obyek asli harus setidaknya berjarak 2.000 kaki. Dia juga menemukan bahwa inti sampel di area tersebut mengandung material yang pernah meleleh dan meledak di angkasa. Peneliti lainnya yang dipimpin oleh fisikawan Amerika Serikat Mark Boslough menolak teori Dr. Abbott dengan mengatakan, “Jika pemicu besar berupa meteorit mendekati permukaan bumi, fragmen seharusnya berlaku sebagai bagian masing-masing membuat dua bukti, bukan hanya satu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar