Rabu, 10 Februari 2010

Ledakan bintang Supernova berpotensi sapu bumi

Sebuah bintang besar berpotensi meledak dan bisa menyapu bumi diumumkan oleh Astronom. Potensi ledakan T Pyxidis yang mahadahsyat itu diketahui dari teleskop Hubble. Bintang tersebut diperkirakan akan meledakkan dirinya dalam sebuah letusan yang disebut sebagai supernova dengan kekuatan setara tiga kali lipat 20 miliar megaton TNT.
 Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa bintang yang disebut sebagai T Pyxidis lebih dekat dari yang diperkirakan yakni 3.260 tahun cahaya, sebuah lompatan dalam terminologi pengetahuan galaksi. Jadi ledakan yang berasal dari termonuklir tersebut mampu menghapus lapisan ozon yang selama ini melindungi dari radiasi berbahaya ruang angkasa. Kehidupan di bumi sangat mungkin terancam. Skenario hari akhir atau kiamat digambarkan oleh para astronom dari Universitas Villanova Philadelphia Amerika Serikat. Mereka mengatakan bahwa satelit International Ultraviolet Explorer telah menunjukkan bahwa T Pyxidis terdiri dari dua buah bintang yang sangat dekat, satu disebut sebagai kurcaci putih yang seringkali menyerap gas dan terus berkembang menjadi sangat besar. Ketika mencapai titik kritis maka bintang tersebut akan meledak dengan sendirinya menjadi bagian-bagian kecil. Bintang tersebut akan menjadi bintang yang paling terang di galaksi dan bersinar layaknya mercu suar yang melintasi alam semesta. Para ahli mengatakan bahwa teleskop luar angkasa Hubble telah berhasil mengambil foto proses pembesaran bintang tersebut menuju ‘big bang’ dengan seri awalan letupan yang disebut nova. Ledakan semacam ini menjadi rutinitas sekitar setiap 20 tahun sekali sejak tahun 1890, namun berhenti setelah tahun 1967. “Jadi ledakan berikutnya akan terjadi 20 tahun yang akan datang yakni tahun 2027, ujar Ahli dari Masyarakat Astronom Amerika di Washington, Edward M Sion dan Patrick Godon. “Bintang tersebut dapat dengan segera menjadi supernova meskipun mimpi buruk tersebut masih agak lama,” ujar Vice President Masyarakat Astronomi Populer Inggris Robin Scagell.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar